Kepercayaan Masyarakat Sunda terhadap Tradisi Nujuh Bulanan (Sastra Nusantara, Tradisi Lisan)

 

1  /  2  /  3

D. Hambatan Pengekalan Tradisi Nujuh Bulanan

Di zaman modern ini, kearifan lokal mulai tergerus dan dilupakan karena kemajuan teknologi. Orang cenderung berpikiran modern dan logis yang dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia. Orang-orang sering berkata bahwa menjadi modern adalah suatu keharusan agar tidak ketinggalan cara berpandang orang-orang Barat yang sudah jauh lebih maju.

Mulanya, Eropa juga memiliki kebudayaan, sama seperti Indonesia. Tetapi di abad 16 dan 17 mereka mulai meninggalkan budayanya untuk menghindari segala aturan yang mengekang kebebasan individu. Mereka ingin sekali bebas dari belenggu dogma-dogma yang bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nusantara sendiri sudah dipengaruhi pemikiran dari luar mulai dari masuknya agama Hindu/Budha hingga kedatangan bangsa Eropa untuk menjajah. Namun, proses perubahan itu disesuaikan dengan cara berpikir yang sudah lama berkembang di suatu wilayah. Cara berpikir asli yang dulu masih diterapkan dalam kehidupan mulai dilupakan masyarakat, meskipun ada beberapa pemikiran yang masih dilaksanakan, tetapi masyarakat cenderung tidak menyadarinya.

Salah satu hambatan untuk mengekalkan tradisi nujuh bulanan adalah perilaku manusia modern yang cenderung menjauh dari alam lingkungan. Pada tradisi nujuh bulanan dikenal beberapa makna yang terkandung dalam setiap ritualnya, tetapi masyarakat modern yang masih melakukan ini justru tidak begitu menyadari apa makna dibalik semua ritual yang dilaksanakannya. Bisa dibilang, mereka melakukan ini karena tuntutan tradisi yang harus terus dilestarikan.

Mengacu pada ikatan batin dengan alam di atas, manusia modern lebih memilih hidup dalam alam buatannya sendiri. Mereka hidup hanya sekedar tahu nama-nama alam yang ada disekitarnya, masyarakat cenderung tidak mengenal lagi makna pohon, sungai, hutan, rawa-rawa, gunung, bagi kehidupan manusia di muka bumi ini. Pada dasarnya, masyarakat Sunda awal memiliki kearifan lokal yang bertujuan untuk mengingkatkan solidaritas dengan anggota masyarakat yang kainnya.

Namun, masyarakat modern lebih memilih bersikap sebagai seorang individualis yang telah dipengaruhi oleh budaya Barat dan menerapkan pemikiran lebih nyata mengenai tidak logisnya kepercayaan yang dulu pernah berkembang. Mereka cenderung menghindar dan meninggalkannya karena kepercayaan itu merupakan sebuah tuturan lisan yang hanya berkembang di zamannya, tidak berkembang lagi di zaman modern saat ini. Masyarakat modern mulai mengaitkan kepercayaan itu dengan pemaparan dan bukti logis yang lebih diterima akal dan terjadi secara nyata.

E. Revaitalisasi terhadap Tradisi Nujuh Bulanan

Sebelum nasionalisme muncul dan negara Indonesia terbentuk, bangsa ini terdiri dari sejarah-sejarah budaya lokal. Persoalan nasionalisme adalah bagaimana bangsa ini menyatukan tradisi budaya lokal dan tradisi budaya Barat. Faktanya, Indonesia memilih untuk membaratkan Indonesia dengan memngabaikan kelokalan yang menjadi identitas bangsa sesungguhnya.

Sebenarnya, proses pembaratan ini terkesan dipaksakan karena bangsa ini hanya ikut-ikutan menjadi modern. Padahal tidak salah menjadi bangsa yang kaya akan tradisi. Negara luar boleh kaya akan kemajuan teknologinya, tetapi kekayaan Indonesia jauh lebih berharga dibandingkan kemajuan teknologi yang bisa hancur karena kemunculan teknologi baru. Indonesia bisa saja menjadi negara yang ingin ikut-ikutan modern asal kemodernan itu diterapkan bersamaan dengan kelokalan.

Tradisi nujuh bulanan mulai dicemari unsur kebiasaan negara Barat tentang kehamilan di bulan ke-7, salah satunya adalah penelitian kedokteran yang mematahkan kepercayaan masyarakat tentang ritual tertentu. Sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya, masyarakat Sunda boleh saja berpindah haluan untuk berpikiran logis berdasarkan penelitian kedokteran, tetapi makna tersirat yang terdapat adlam tradisi nujuh bulanan juga tidak boleh dilupakan.

Untuk keperluan itu kita harus mengejar ketertinggalan kita selama ini sebagai pewaris budaya lokal tersebut. Budaya nujuh bulanan kita jadikan nasional bahkan global. Budaya lokal digali kembali, diteruskan, dan diakui sebagai milik nasional. Selain itu, untuk memenuhi perasaan batin terhadap makna dalam ritual tradisi nujuh bulanan kita juga harus bercermin pada kehidupan nenek moyang yang mencintai alam, memeliharanya, dan melestarikannya sebagai perwujudan untuk menghargai kelangsungan hidup manusia selama memanfaatkan alam.

Masyarakat Sunda juga harus kembali pergi ke pandangan masa lalu tentang tujuan yang mereka anut dalam menjalankan kehidupan, yaitu hidup sejahteram tentram, tenang, mulia, damai, merdeka, dan mencapai kesempurnaan di akhirat. Kalau masyarakat Sunda sudah menekadkan tujuan itu, masyarakat harus mewujudkannya lewat ucap, pikiran, dan metode. Lewat ucap mereka perlu merefleksikan diri sendiri, mengetahui bagaimana asal-usulnya, menghargai nenek moyang sebagai pembawa tradisi yang sedang dianut sekarang.

Tak akan ada yang peduli dengan budaya sendiri kalau bukan masyarakat Sunda yang melestarikannya, sebagai penerus nenek moyang yang melahirkana mereka disini. Semua kearifan lokal itu sangat diperlukan sebagai modal untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi saat ini.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

Bangsa Indonesia merupakan sebuah negara yang memeliki ratusan kebudayaan. Tak ada yang memiliki kebudayaan ini selain di Indonesia, kebudayaan dan tradisi ada di setiap suku-suku dari Sabang sampai Merauke. Namun, dalam kehidupan modern ini kebudayaan dan tradisi yang menjadi identitas bangsa sering dilupakan. Masyarakat mengambil pandangan bahwa kebudayaan dan tradisi hanya sebuah kepercayaan yang tidak hidup lagi di zaman ini, mereka memiliki perspektif logis dan mengatakan bahwa kebudayaan dan tradisi hanya sebuah kegiatan yang dilakukan untuk bertahan hidup dan bersenang-senang dan berkembang di zamannya.

Padahal, tidak ada salahnya mempelajari kebudayaan dan tradisi sendiri. Jika masyarakat modern berpikiran bahwa kebudayaan dan tradisi dari leluhur adalah kepercayaan yang hanya berdampak dalam zaman yang menciptakannya, mengapa masyarakat tidak mencoba untuk mempelajari dan meninggikan derajat kebudayaan dan tradisi lokal di atas kebudayaan modern yang kini mulai meracuni budaya asli di Indonesia.

Dengan adanya upaya tersebut, Indonesia akan mendunia karena budaya dan tradisinya. Masyarakat dan pemerintah harus sama-sama menasionalkan budaya dan tradisi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu sebagai generasi penerus kita tidak boleh serta merta melupakan dan meninggalkan tradisi dari tanah sendiri, karena tidak ada orang lain yang akan mengekalkan tradisi ini selain penerus absahnya, yaitu kita warga Indonesia.

B. Saran

Sebagai langkah awal, penulis ingin memberikan rekomendasi kepada pembaca agar mencari sumber yang lebih banyak lagi jika ingin mengetahui lebih luas mengenai tradisi ini. Selain itu, penelitian lanjutan tentang topik ini sangat dimungkinkan karena masih ada hal-hal detail yang belum terungkap.

DAFTAR PUSTAKA

1  /  2  /  3


Leave a comment